Beautiful Words

Beautiful words stir my heart. I will recite a lovely poem about the king, for my tongue is like the pen of a skillful poet.

KESEMPATAN KEDUA


Ada keadaan tertentu dalam hidup ini yang jalan keluarnya hanya dapat diperoleh melalui terobosan. Sebuah momentum ilahi yang bila kita tangkap akan menghasilkan lompatan raksasa yang seringkali mustahil diraih bila dalam situasi biasa. Momentum ini bisa berupa kesempatan langka yang dianugerahkan Tuhan. Namun sayangnya kadang kita gagal mengenali dan mengambil kesempatan itu. Jika ditelusuri lebih jauh, kegagalan itu sebagian besar karena diri kita sendiri. Entah karena kita tidak tahu, tidak mau, tidak berani, kuatir, ragu-ragu, dan sebagainya. Akhirnya kita kehilangan sebuah momentum yang entah kapan akan datang lagi, bahkan kemungkinan besar takkan pernah ada lagi. Itulah yang dialami oleh bangsa Israel. Mereka gagal memasuki Tanah Perjanjian pada kesempatan pertama karena mereka memberontak terhadap Tuhan. Akibatnya, mereka harus mengembara di padang gurun selama 40 tahun.

KESEMPATAN PERTAMA

Tuhan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir dengan tanda-tanda ajaib. Setelah melewati beberapa perhentian, tiga bulan kemudian mereka tiba di Gunung Sinai lalu berkemah di sana selama kira-kira 13 bulan (Kel 19:1). Di sana Tuhan memberikan Sepuluh Hukum dan berbagai peraturan tentang tata cara ibadah serta kehidupan sehari-hari.  Kemudian Tuhan memerintahkan untuk menghitung jumlah semua laki-laki yang berusia 20 tahun ke atas dan sanggup berperang. Sesungguhnya, saat itu Tuhan sedang mempersiapkan mereka untuk memasuki Kanaan, Tanah yang dijanjikan-Nya.

Selanjutnya Tuhan memimpin mereka hingga tiba di Kadesh-Barnea, yang jauhnya 11 hari perjalanan dari Gunung Sinai (Ul 1:2). Dari situ Musa mengutus 12 orang, termasuk Yosua dan Kaleb, untuk mengintai Kanaan. Setelah lewat 40 hari, para pengintai itu kembali dan memberikan laporan yang menggentarkan hati rakyat: “Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami.” (Bil 13:33) Karena tidak percaya pada Tuhan, rakyat menjadi marah dan memberontak terhadap Tuhan dengan berniat kembali ke Mesir. Hanya Yosua dan Kaleb yang tetap percaya bahwa Tuhan sanggup membawa mereka masuk ke Kanaan. Tuhan pun murka dan memutuskan bahwa generasi yang saat itu berusia 20 tahun ke atas tidak akan memasuki Tanah Perjanjian. Sebagai konsekuensinya, mereka harus mengembara di padang gurun sampai 40 tahun lamanya! (Bilangan 14:29-35)

“Sesuai dengan jumlah hari yang kamu mengintai negeri itu, yakni empat puluh hari, satu hari dihitung satu tahun, jadi empat puluh tahun lamanya kamu harus menanggung akibat kesalahanmu, supaya kamu tahu rasanya, jika Aku berbalik dari padamu: Di padang gurun ini mereka akan habis dan di sinilah mereka akan mati.” (Ayat 34-35)

Didorong oleh penyesalan dan takut atas hukuman Tuhan, akhirnya rakyat bersedia maju menyerang Kanaan. Namun karena Tuhan tidak menyertai, mereka kalah dan tercerai-berai dikejar musuh (Bil 14:39-45). Itulah kegagalan bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian pada kesempatan pertama. Tetapi Tuhan tetap menepati janji-Nya, walau untuk mendapatkan KESEMPATAN KEDUA mereka harus menunggu selama 40 tahun!

RESPON DALAM MENGHADAPI KESEMPATAN KEDUA

Setelah 40 tahun berputar-putar di padang gurun, akhirnya bangsa Israel tiba untuk kedua kalinya di Kadesh. Mereka adalah generasi yang pada kesempatan pertama dahulu, belum berusia 20 tahun. Kini mereka siap memasuki Tanah Perjanjian dengan anak-anak mereka, sedangkan orang tua mereka telah binasa di padang gurun.

Ini mengajarkan dua hal pada kita:

Dari generasi yang mati di padang gurun kita belajar bahwa ADA MOMENTUM ILAHI YANG TAK AKAN DATANG DUA KALI DALAM HIDUP INI. Sebab itu bila Tuhan memerintahkan sesuatu untuk kita lakukan, taat dan percaya saja meski itu nampak mustahil. Karena bila kita menolaknya, kita mungkin akan kehilangan kesempatan itu selamanya.

Di sisi lain, dari peristiwa ini kita diteguhkan bahwa PINTU ANUGERAH TUHAN SELALU TERBUKA. Bangsa Israel telah gagal pada kesempatan pertama, tetapi Tuhan memberi mereka kesempatan kedua. Ini berarti bahwa kita selalu memiliki alasan untuk berharap. “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” (Amsal 23:18)

Lalu, bagaimana kita harus bersikap bila Tuhan menganugerahkan pada kita kesempatan kedua? Mari belajar dari serangkaian khotbah Musa pada generasi yang akan memasuki Kanaan dalam ULANGAN 9:1-6.

Terdapat TIGA PESAN PENTING di dalamnya.

Pertama: SEMBUH DARI TRAUMA (Ayat 1 – 2)

“Dengarlah, hai orang Israel! Engkau akan menyeberangi sungai Yordan pada hari ini untuk memasuki serta menduduki daerah bangsa-bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari padamu, yakni kota-kota besar yang kubu-kubunya sampai ke langit – suatu bangsa yang besar dan tinggi, ORANG ENAK, YANG KAUKENAL DAN YANG TENTANGNYA KAUDENGAR orang berkata: SIAPAKAH YANG DAPAT BERTAHAN MENGHADAPI ORANG ENAK?

Orang Enak adalah orang-orang yang pada kesempatan pertama telah membuat orang Israel ketakutan. Dan pada masa lalu, orang Israel kalah saat mencoba merebut Kanaan karena menyerang tanpa penyertaan Tuhan. Orang Enak bagaikan momok sekaligus kenangan buruk bagi Israel, sehingga di antara mereka dikenal sebuah pernyataan: “Siapakah yang dapat bertahan menghadapi orang Enak?” Makna dibalik pernyataan itu adalah “Tidak ada yang dapat bertahan menghadapi orang Enak”. Kenyataan bahwa musuh Israel adalah bangsa-bangsa yang jauh lebih besar dan lebih kuat dari mereka dengan kota-kota besar yang kubu-kubunya sampai ke langit, membuat orang Israel melihat suatu kemustahilan untuk bisa menang. Tetapi, untuk menduduki Tanah Perjanjian mereka terlebih dahulu harus menghadapi orang Enak. Ini berarti mereka harus MEMBERESKAN TRAUMA MASA LALU, SEKALIGUS BERANI MENGHADAPI KEMUSTAHILAN MASA DEPAN.

Trauma dapat menjadi penghalang dalam menikmati hal-hal mulia yang telah disediakan Tuhan di masa depan sebab trauma mengikat hati kita pada masa lalu. Trauma membuat kita sulit untuk bisa percaya bahwa bersama Tuhan kita bisa mengalahkan tantangan-tantangan yang lebih besar dari kita. Karena itu kita harus membereskannya.

Bila ada peristiwa masa lalu yang ketika kita teringat akan hal tersebut hati kita menjadi terluka lagi, tertekan oleh penyesalan berlebihan, dilanda ketakutan dan kekuatiran kalau-kalau hal tersebut terulang kembali… Itulah trauma. Hanya ada satu jalan, datanglah pada Yesus yang sanggup membebaskan. Ampuni bila ada yang harus diampuni, termasuk mengampuni diri kita sendiri. Jangan biarkan kegagalan menjadi beban yang menghalangi langkah kita menuju masa depan, tetapi jadikanlah kegagalan itu sebagai pelajaran berharga.

“Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.” (Yes.43:18-19)

Tuhan tidak ingin kita lari dari kenyataan. Tuhan ingin kita SEMBUH DAN DIPULIHKAN. Kesalahan atau kegagalan di masa lalu memang tak dapat diubah, tetapi Tuhan sanggup mengubah masa depan kita. Itu dimulai dari keputusan kita hari ini untuk datang kepada Yesus dan menyerahkan segala beban hati kita kepada-Nya: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28) Bila kita terbebas dari trauma, maka tak ada lagi yang menahan langkah kita untuk berjalan bersama Tuhan, menembus segala kemustahilan bersama Dia.

Kedua: TUHAN BESERTA KITA (Ayat 3)

Maka ketahuilah pada hari ini, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah yang BERJALAN DI DEPANMU LAKSANA API YANG MENGHANGUSKAN; Dia akan memunahkan mereka dan Dia akan menundukkan mereka di hadapanmu…..

Tuhan menyatakan diri pada umat-Nya sebagai Tuhan yang BERJALAN DI DEPAN LAKSANA API YANG MENGHANGUSKAN.

TUHAN BERJALAN DI DEPAN UMAT-NYA: menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan yang memberi arah dan memimpin kita sampai ke tujuan. Sebuah jaminan bahwa perjalanan kita pasti berhasil apapun yang terjadi.

“…..yang berjalan di depanmu di perjalanan untuk mencari tempat bagimu,….untuk memperlihatkan kepadamu jalan yang harus kamu tempuh.” (Ul.1:33)

“TUHAN, Allahmu, Dialah yang akan menyeberang di depanmu; …. sehingga engkau dapat memiliki negeri mereka; …..seperti yang difirmankan TUHAN.” (Ul.31:3)

TUHAN LAKSANA API YANG MENGHANGUSKAN: menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan yang CEMBURU: “Sebab TUHAN, Allahmu, adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu.” (Ulangan 4:24) Sebagai Tuhan yang cemburu, Dia menyertai dan melindungi kita sebagai milik kesayangan-Nya. Di sisi lain, Dia mau menjadi satu-satunya Tuhan dalam hidup kita. Karena itu jangan berpaling kepada allah-allah yang lain. Tetaplah setia dan mengikuti pimpinan-Nya, maka Tuhan akan membawa kita pada jalan kemenangan-Nya.

Ketiga: JANGAN MEMBANGGAKAN DIRI (Ayat 4 – 6)

“JANGANLAH ENGKAU BERKATA DALAM HATIMU, apabila Tuhan, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu: KARENA JASA-JASAKULAH Tuhan membawa aku masuk menduduki negeri ini; padahal KARENA KEFASIKAN BANGSA-BANGSA itulah Tuhan menghalau mereka dari hadapanmu. BUKAN KARENA JASA-JASAMU ATAU KARENA KEBENARAN HATIMU engkau masuk menduduki negeri mereka, tetapi karena kefasikan bangsa-bangsa itulah,….. dan supaya Tuhan menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu,….. Jadi ketahuilah, bahwa BUKAN KARENA JASA-JASAMU Tuhan, Allahmu, memberikan kepadamu negeri yang baik itu…!”

Orang Israel memang atas musuh-musuhnya bukan karena orang Israel hebat dalam peperangan, tapi karena kefasikan bangsa-bangsa itu sendiri. Sebab itu ada sebuah peringatan yang Tuhan berikan: JANGAN MEMBANGGAKAN DIRI MESKI HANYA DI DALAM HATI. Membanggakan diri meski hanya di dalam hati sama saja dengan menyombongkan diri yang juga berarti mencuri kemuliaan Tuhan. Dan, mengapa “BUKAN KARENA JASA-JASAMU” dikatakan berulang-ulang dalam perikop ini? Sebab kecenderungan manusia adalah membanggakan dirinya, merasa bahwa segala sesuatu karena usaha dan kerja kerasnya. Bahkan tak dapat dipungkiri, kita sebagai anak-anak Tuhan pun bisa merasa bahwa berkat yang kita terima adalah karena kita sudah hidup benar, sudah tekun melayani, rajin berdoa, berpuasa, membaca firman Tuhan, dan melakukan hal-hal benar lainnya. Dengan tegas juga dikatakan bahwa keberhasilan yang kita capai BUKAN KARENA KEBENARAN HATI! Untuk itu mulai saat ini bila hidup kita berhasil, janganlah menghubungkan keberhasilan itu dengan segala hal baik dan benar yang telah kita perbuat sebab hal itu bisa membuat kita menjadi sombong.

JALAN MENUJU KESEMPATAN KEDUA

Dari kisah di atas kita tahu bagaimana harus merespon saat Tuhan membawa kita pada kesempatan kedua: sembuh dari trauma, mengikuti pimpinan Tuhan, dan tidak membanggakan diri jika telah berhasil. Sekarang, apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh kesempatan kedua?? Belajar dari bangsa Israel yang gagal pada kesempatan pertama karena dosa dan pemberontakan hingga harus mengembara di padang gurun, maka ada dua hal yang harus kita lakukan:

Pertama: PERTOBATAN.

Dosa merupakan pemisah antara kita dengan Tuhan. Sebagai manusia, anak Tuhan memang masih bisa jatuh dalam dosa. Tetapi bila kita terus-menerus tinggal dalam dosa, maka kita tak akan bisa mengerjakan kehendak Tuhan bagi kita. Karena itu mari secepatnya memohon pengampunan dan segera meninggalkan dosa-dosa kita. Janji Tuhan adalah: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9) Selalu ada pemulihan di dalam pertobatan dan perdamaian dengan Tuhan. Yakub, Simson, Yunus, Petrus, Paulus, adalah sebagian contoh orang-orang yang memperoleh kesempatan kedua setelah pertobatan mereka.

Kedua: MERENDAHKAN HATI.

Saat gagal pada kesempatan pertama, Tuhan membawa umat Israel berputar-putar di padang gurun. Tujuannya adalah untuk merendahkan hati mereka (Ulangan 8:2-3). Untuk menuju kesempatan kedua kita harus percaya pada pimpinan Tuhan dan mengikuti jalan-jalan-Nya. Semua itu memerlukan kerendahan hati, sebab hanya orang yang rendah hati yang bersedia taat dan tunduk pada otoritas. “Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.” (Mazmur 25:9)

Lebih dari semua itu, setiap kesempatan datangnya hanya dari Tuhan. Kita tak dapat memaksa Dia. Dia akan memberikannya seturut hikmat dan kemahatahuan-Nya tentang masa hidup kita. Tetapi selama jantung kita masih berdetak, mari berharap akan kesempatan kedua. Tetapi, bila kesempatan kedua itu tak ada lagi, setidaknya kita telah membereskan hati kita di hadapan Bapa, sehingga kita bisa bebas menyembah Dia dan mengerjakan dengan sebaik-baiknya setiap bagian yang dipercayakan Tuhan pada kita di sisa waktu yang masih kita miliki. Mari belajar dari kehidupan Musa tentang hal ini. Musa telah melakukan kesalahan fatal karena memukul gunung batu di Meriba dalam Bilangan 20:2-13 yang menyebabkan Musa dan Harun tak diijinkan oleh Tuhan untuk memasuki Kanaan. Musa berdoa memohon kasih karunia agar diperkenankan masuk dan melihat Kanaan, tetapi Tuhan tidak mengabulkannya. “… Tetapi TUHAN murka terhadap aku oleh karena kamu dan tidaklah mendengarkan permohonanku. TUHAN berfirman kepadaku: Cukup! Jangan lagi bicarakan perkara itu dengan Aku…” (Ulangan 3:23-26) Musa tidak kecewa dengan keputusan Tuhan. Dia tetap melayani Tuhan dan mengerjakan tugasnya dengan tuntas sampai akhir. Bahkan dalam Ibrani 3:1-6 dikatakan bahwa Musa adalah orang yang setia dalam segenap rumah Allah. Doa saya, kiranya tulisan ini dapat menguatkan kita untuk melakukan yang terbaik dalam setiap kesempatan yang dianugerahkan Tuhan, sebab Tuhan akan memperhitungkan setiap perbuatan kita. Tuhan memberkati, amin.

 

Posted in English: THE SECOND CHANCE (click here)

By: Sella Irene – Beautiful Words

Photo Credit: Google Images  (edited with pixlr app)

Leave a comment

translate this blog

Follow Beautiful Words on WordPress.com

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 505 other subscribers

Archives