Beautiful Words

Beautiful words stir my heart. I will recite a lovely poem about the king, for my tongue is like the pen of a skillful poet.

Pesan Tuhan melalui Sekuntum Bunga


Di tepi jalan di depan rumah saya tumbuh sebatang pohon, di mana mobil kami sering parkir di bawahnya.  Pada musim tertentu, bunganya yang mekar jatuh berserakan di tanah dan sebagian jatuh di atas kap mobil kami.  Selama bertahun-tahun, saya sama sekali tak pernah sungguh-sungguh memperhatikan bunga itu, sampai suatu pagi saya iseng memungutnya dan mengamatinya.

Bunga itu sangat kecil, hanya seukuran kuku jari telunjuk saya.  Bentuknya mirip anggrek tetapi dalam versi mini.  Kelopaknya berjumlah 4 helai, berwarna putih kehijauan lembut.  Mahkota bunganya hanya berjumlah 3 helai, berwarna kuning cerah dihiasi guratan-guratan berwarna orange kemerahan yang meliuk-liuk dengan indahnya, laksana goresan tinta seorang pelukis handal.  Pada bagian pusatnya terdapat putik dan 3 benang sari yang berwarna hijau dengan ujungnya berbentuk bulat berwarna merah tua kecoklatan.  Penampilan bunga mini itu begitu cantik.  Sayang rasanya bunga secantik dan seindah itu harus berserakan di tanah, diinjak-injak orang yang lalu-lalang dan dilindas roda-roda kendaraan yang lewat.

Bunga cantik itu bukan jenis bunga berharga mahal yang diburu orang untuk koleksi, bukan pula jenis bunga yang dicari para calon mempelai untuk mendekorasi pelaminan, dan bukan pula jenis bunga yang dirangkai di vas untuk memperindah meja jamuan makan.  Namanya tidak sepopuler Mawar, Melati, Angrek, atau bunga lain yang dikenal banyak orang.    Ukurannya mini, sehingga rupa indahnya tidak akan terekspos jika tidak diperhatikan dengan seksama.  Dia hanyalah bunga mungil yang tumbuh, mekar, lalu berguguran ke tanah,dan mungkin tak banyak yang tertarik untuk mengagumi keindahannya atau mengetahui kegunaannya.  Lalu, untuk apa Tuhan mendandaninya dengan begitu detail dan indah?!

DICINTAI MESKI TAK LAYAK DICINTAI

Karya Tuhan yang detail dan indah pada sekuntum bunga mungil itu menunjukkan bahwa Tuhan memberikan perhatian dan mencurahkan kreatifitas-Nya pada seluruh ciptaan-Nya.  Tidak ada ciptaan yang tidak berharga.  Tidak ada ciptaan yang tidak berguna.  Tidak ada ciptaan yang diciptakan hanya untuk kesia-siaan.  Terlebih lagi manusia yang untuknya Yesus bahkan rela mengorbankan nyawa.

Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah.

Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar–tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati–.

Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

(Roma 5: 6-8)

Yesus mati untuk kita bukan karena kita adalah orang saleh, benar, mematuhi hukum-hukum Tuhan, serta memiliki sederetan sifat baik.  Sebaliknya, dahulu kita adalah orang-orang yang tidak menghormati Tuhan, menentang Tuhan, bahkan tidak mempercayai Tuhan dan penuh kejahatan.  Dalam keadaan yang tidak layak seperti itulah Yesus telah mengasihi kita.  Bahkan, Tuhan langsung menyatakan rencana penyelamatan-Nya hanya sesaat setelah manusia pertama jatuh dalam dosa: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” (Kejadian 3: 15)  Itu adalah Protoeuanggelion, yaitu pekabaran Injil yang pertama dalam sejarah, saat Tuhan memberikan janji tentang lahirnya Juruselamat.  Pada saat firman itu diucapkan, kita belum ada di dunia ini.  Tidak ada jaminan dari diri kita, bahwa kita akan menjadi orang baik dan menghargai pengorbanan-Nya.  Kenyataannya, dari abad ke abad banyak manusia yang justru menolak dan mencemooh Dia.  Tuhan telah mengetahui semuanya itu sejak semula, tetapi Tuhan tetap mengasihi manusia danrela mati bagi manusia.   Alangkah besar cinta Tuhan pada manusia, pada kita.

Kita tak perlu membuktikan bahwa kita layak dan pantas untuk dicintai.

Kita sudah dicintai Tuhan sejak semula.

Kita sudah berharga bagi Tuhan sejak semula.

Tuhan mencintai kita bukan karena alasan yang berasal dari dalam diri kita.  Cinta Tuhan kepada kita bersumber dari Tuhan sendiri. Jadi, alasan mengapa Tuhan mencintai kita adalah karena Dia mencintai kita.  Titik!

Persoalannya adalah kita seringkali menilai diri sendiri berdasarkan nilai yang disematkan orang lain kepada kita. Kita mengukur sesama dan diri sendiri berdasarkan takaran-takaran tertentu yang kita anggap penting atau yang menurut orang lain itu penting.  Takaran-takaran tersebut bisa berupa penampilan fisik, merek barang yang kita pakai, jenis mobil yang kita kendarai, jabatan, kepandaian, banyaknya piala, mewah atau tidaknya sebuah rumah, nominal saldo di bank, jumlah follower di media sosial, dan berbagai hal lain yang mengundang decak kagum orang lain.  Kita merasa superior bila kita memiliki sesuatu yang kita anggap lebih atau dipandang lebih oleh orang lain, dan merasa inferior bila kita merasa bahwa apa yang kita miliki berada “di bawah” orang lain.  Akhirnya kita berusaha keras agar tidak dipandang rendah oleh orang lain.  Sesungguhnya, pada saat kita melakukan hal tersebut, kita sedang memandang rendah kepada diri kita sendiri.

Lebih buruk lagi, tanpa sadar kita menerapkan cara pandang yang sama terhadap Tuhan.  Kita berpikir Tuhan akan lebih mengasihi kita bila kita semakin aktif dalam pelayanan, memberi persembahan lebih banyak, membaca firman Tuhan lebih sering, berdoa lebih lama, berusaha lebih taat dan melakukan hal-hal yang menurut kita akan menyenangkan hati Tuhan.

Pelayanan, memberi persembahan, membaca firman Tuhan, berdoa, berusaha taat, maupun melakukan hal-hal yang menurut kita akan menyenangkan hati Tuhan, adalah sangat baik.  Tetapi, jangan melakukan semua itu dengan pemahaman yang dibalik, yaitu agar lebih dikasihi Tuhan.  Mengapa? Sebab di atas kayu salib Tuhan telah mencurahkan kasih-Nya seutuhnya dan sepenuhnya, kasih-Nya kepada kita itu kekal dan sempurna.  Sekali lagi, kasih kekal dan sempurna itu diberikan kepada kita ketika kita masih berdosa dan tidak layak untuk dikasihi!

TAK ADA ALASAN UNTUK MERASA TAK BERHARGA

Kini, mari kembali sejenak pada sekuntum bunga mungil nan indah yang jatuh berserakan di tanah, yang saya ceritakan di awal tulisan ini.  Bunga itu adalah bunga dari pohon Asam Jawa.  Bunga Asam bukanlah fokus utama dari pohon Asam.  Ini tentu berbeda dengan bunga Mawar, Melati, Anggrek, Lilly, atau jenis bunga hias lainnya yang memang sengaja ditanam dan dibudidayakan untuk mendapatkan bunganya.Yang dicari orang dari pohon Asam adalah buah Asam, bukan bunganya.Bahkan, di tempat saya, daun pohon Asam lebih dicari orang daripada bunga Asam.  Ukuran bunga Asam pun teramat kecil, sementara tinggi natural pohon Asam bisa mencapai 30 meter, sehingga bunga Asam nyaris tak terekspos, tidak menonjol, bahkan cenderung diabaikan.  Namun demikian, Tuhan mendandaninya dengan detail dan cantik.Tuhan seakan menyampaikan pesannya melalui bunga mungil itu, bahwa Tuhan memperhatikan dan mengasihi seluruh ciptaan-Nya, dan setiap bagian telah dirancang dengan desain terbaik, bukan asal-asalan. 

Tuhan yang menciptakan dan mendandani bunga mungil itu adalah Tuhan yang berkata “sungguh amat baik” setelah Dia selesai menciptakan manusia menurut rupa dan gambar-Nya sendiri.  Betapa mulianya.  Oleh sebab itu . . . bagaimana pun raut wajah kita, bentuk tubuh kita, berat badan kita, tinggi badan kita, seburuk apapun masa lalu kita, apapun latar belakang pendidikan kita, serendah apapun status sosial maupun ekonomi kita . . . Janganlah minder dan merasa tak berharga.  Sebaliknya, hendaklah kita tidak sombong karena merasa lebih cantik, lebih kaya, lebih berpendidikan, keluarga kita lebih terhormat, terpandang dan sebagainya, sebab kita semua adalah sama!

Kita semua memiliki MASA LALU yang sama, sama-sama seorang PENDOSA!

Kita DITEBUS oleh darah yang sama, DARAH YESUS.

Kita menerima CINTA yang sama, yaitu CINTA BAPA yang rela menyerahkan Anak-Nya yang tunggal.

Kita semua TIDAK LAYAK untuk MINDER maupun BERBANGGA!

Yang harus kita lakukan adalah BERSYUKUR.

Janganlah kita berbuat baik pada sesama agar lebih diberkati Tuhan, tetapi marilah melakukannya karena kita bersyukur atas kebaikan Tuhan yang telah diberikan kepada kita dan kita rindu untuk menjadi saksi-Nya dan memuliakan nama-Nya.  Janganlah kita beribadah dan melakukan segala bentuk pelayanan agar lebih dicintai oleh Tuhan, tetapi marilah melakukannya karena kita mencintai Tuhan yang terlebih dahulu telah mencintai kita.

Tuhan yang menciptakan seluruh semesta adalah Bapa kita.  Dia adalah Bapa yang baik, terencana, dan bertanggung jawab.  Dia berkarya dalam diri kita secara detail dan sempurna.  Kita bukan produk massal.  Setiap kita diciptakan unik, indah, istimewa. Jadi, tak ada alasan bagi kita untuk merasa tidak berharga!

TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.

Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.

(Mazmur 145: 9-10)

AMIN.

***

Oleh: Sella Irene – Beautiful Words

Posted in English: A God’s Message in a Flower (click here)

Photo Credit: Google Images (edit with Pixlr App)

One comment on “Pesan Tuhan melalui Sekuntum Bunga

  1. Dewi s
    February 27, 2021

    sangat memberkati.
    terima kasih min
    gob bless us

    Like

Leave a comment

translate this blog

Follow Beautiful Words on WordPress.com

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 505 other subscribers

Archives