Beautiful words stir my heart. I will recite a lovely poem about the king, for my tongue is like the pen of a skillful poet.
Di depan rumah saya tumbuh sebatang pohon Asam yang besar dan tinggi. Cabangnya sangat rimbun. Pohon itu menjadi peneduh kala matahari bersinar terik. Saat musim hujan daunnya tumbuh semakin lebat. Daun yang baru bersemi berwarna hijau muda dan bisa diramu sebagai minuman tradisional. Saat musim kemarau, pohon Asam itu mulai berbuah dan buahnya sangat banyak. Buah Asam bisa dipakai untuk berbagai keperluan. Sebagai penambah rasa asam dalam masakan, diolah untuk minuman tradisional, dll. Buah yang matang bisa dimakan begitu saja dengan gula pasir.
Karena pohon Asam itu besar dan tinggi, mustahil untuk bisa menggapai buahnya dengan tangan. Maka jika kami menginginkannya, kami hanya bisa mengharapkan buahnya yang masak jatuh ke tanah.
Di penghujung musim kemarau seperti sekarang, buahnya rata-rata sudah masak. Setiap kali angin bertiup agak kencang, buahnya segera berjatuhan dan menimbulkan suara yang khas saat buah itu menyentuh tanah. Hal itu membuat kami memiliki kebiasaan baru yang mengasyikkan, yaitu memunguti buah Asam yang jatuh. Sesungguhnya dengan mudah kami bisa membeli buah Asam di pasar, tetapi ada kepuasan tersendiri saat mendapatkan buah itu langsung dari pohonnya. Saat angin berhembus, kami memasang telinga baik-baik. Jika suara khas itu terdengar, kami bergegas keluar rumah untuk mengambilnya. Tak jarang buah itu berjatuhan disekeliling kami saat kami sedang berada di bawah pohon itu.
Suatu hari, sejak pagi angin berhembus lebih kencang dari biasanya. Tak ayal lagi, buah Asam itu berjatuhan tak terbendung. Siang itu kami panen buah Asam. Belum selesai kami memungut yang satu, telah berjatuhan buah yang lain terus menerus. Sungguh menyenangkan. Saat itulah, tiba-tiba Tuhan memenuhi hati dan pikiran saya dengan sebuah pemahaman, “Seperti itulah BERKAT.” Oohh… Pengertian itu benar-benar memerdekakan saya.
Dari mana benih pohon Asam itu? Bukan dari saya.
Siapa yang membuat pohon itu tumbuh? Bukan saya.
Apa yang sudah saya kerjakan sehingga pohon itu berbuah? Tidak ada.
Siapa yang membuat angin bertiup dan mengguncang cabang pohon tempat buah itu menggantung? Juga bukan saya.
Hal apa yang telah saya lakukan sehingga buah Asam itu jatuh di halaman saya? Tidak ada!
Saya sama sekali tidak melakukan apa-apa.
Bapa di Sorga yang telah melakukan semuanya, ya semuanya!
Bapa dengan sengaja menjatuhkan buah Asam itu di hadapan saya sehingga saya bisa memungutnya dengan cuma-cuma, seakan jatuh dari Sorga!
Seperti itulah berkat, bukan?!
Mungkin Anda berkata, “Ah, tapi harus ada yang menabur benih dan menanamnya. Harus ada yang memeliharanya. Agar bisa menuai kita harus menabur. Dalam hidup ini kita harus melakukan sesuatu kalau mau memperoleh sesuatu.”
Baiklah, sekarang mari kita lihat satu persatu:
“Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu” (2 Korintus 9:10)
“Lalu TUHAN akan memberi hujan bagi benih yang baru kamu taburkan di ladangmu, dan dari hasil tanah itu kamu akan makan roti yang lezat dan berlimpah-limpah. Pada waktu itu ternakmu akan makan rumput di padang rumput yang luas.” (Yesaya 30:23)
Yesus memberi perumpamaan dalam Markus 4:26-29, bahwa Kerajaan Sorga seumpama orang yang menabur benih di tanah. ”lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.” (ayat 27-28) Kita tak mengerjakan apapun di dalam benih itu sehingga ia tumbuh. Benih itu berproses dengan sendirinya. Lihatlah bahwa semua itu karena kuasa Tuhan.
“Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik.” (Pengkhotbah 11:6)
Jangan malas, kita harus rajin.
“…..Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, — belum ada semak apa pun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apa pun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu“ (Kejadian 2:4-5)
Perhatikan bahwa ada dua hal yang membuat benih bertumbuh: hujan dan orang yang mengusahakan tanah itu. Jadi, kita harus menjadi orang yang dapat dipercaya Tuhan sebagai pengelola yang bertanggung jawab terhadap tanah/area yang diberikan Tuhan pada kita. Hasil yang kita peroleh tergantung seberapa banyak kita bisa dipercaya dan seberapa besar kapasitas kita untuk menerima tanggung jawab dari Tuhan. Kalau mau diberkati harus mau bertanggung jawab.
“Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
Sebab itu JANGANLAH KAMU KUATIR dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi BAPAMU YANG DI SORGA TAHU, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.” (Matius 6:26. 31. 32)
Kita punya Bapa yang baik dan mengasihi kita. Kalau burung di udara diperhatikan-Nya, terlebih lagi kita, anak-Nya.
“Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah — sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” (Mazmur 127:2)
“Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” (Amsal 10:22)
Semua yang Tuhan ingin untuk kita lakukan adalah agar kita belajar bertanggung jawab, tetapi semua hasilnya berasal dari Bapa.
“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa DARI TUHANLAH KAMU AKAN MENERIMA BAGIAN YANG DITENTUKAN BAGIMU SEBAGAI UPAH..…” (Kolose 3:23-24)
Mulai hari ini lakukan semua tugas kita dengan sukacita karena Tuhan, bukan sebagai beban.
“Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, …….” (Ulangan 8:17-18)
Semua kebutuhan bahkan keinginan kita, tidak berada dipundak kita, tetapi di tangan Bapa. Bapalah yang memelihara dan menyediakan segalanya. Sebesar apapun kebutuhan dan keinginan kita, TIDAK ADA YANG MUSTAHIL BAGI TUHAN.
AMIN
Oleh: Sella Irene – Beautiful Words
Posted in English: ILLUSTRATION OF TAMARIND TREE “A GIVING FROM HEAVEN” (click here)
Foto oleh: Sella Irene
Pingback: BERBUAH BAGI KRISTUS | Beautiful Words
Pingback: AN ILLUSTRATION OF TAMARIND TREE “A GIVING FROM HEAVEN” | BeautifulWords
What a lovely illustration, ibu 😊 .. pohon asem . Trimakasih buat tulisan yg memberkati ini. JBU always
Hug 😊
LikeLiked by 1 person
Hai… apa kabar? 🙂 hahaa… terimakasih sudah membaca dan menyempatkan waktu untuk menulis komentar yang menyenangkan. Sukses selalu yaa
LikeLike
Slalu senang membaca tulisan ibu 😊…. Trimakasih ya bu 😊
LikeLike